Nuansa Musik Dalam Islam


 “Berhibur Tiada salahnya Karena Hiburan Itu Indah
Hanya pa bila salah memilihnya, membuat kita jadi bersalah”
(Nasyid Raihan)

Syair diatas merupakan lagu yang dibawakan oleh group Nasyid Raihan. Musik memang banyak disukai oleh setiap orang. Dengan musik kita menjadi senang dan terhibur. Musik juga membawa kebahagiaan bagi yang mendengarkan. Namun, apa yang salah dengan musik tersebut. Kenapa sebagian ulama melarang dan sebahagian lagi memperbolehkan.Mari kita diskusikan tentang musik dalam pandangan Islam.


Pada dasarnya Islam itu mencintai keindahan. Dalam musik terdapat keindahan, kreatifitas dan seni hidup yang dapat menghibur sehingga menjadi budaya dalam masyarakat. Sebelum datangnya Islam. Kaum jahiliyahpun suka berpesta. Menggelar musik setiap hari.  Sampai datangnya Islam, musik tidak dihilangkan akan tetapi dibenahi. Mana yang boleh, mana yang tidak.


BEBERAPA TOKOH MUSIK ISLAM


1. Kemudian musik Arab mencerap unsur-unsur musik dari Persia dan Roma. Salah satu tokohnya adalah Said Ibnu Mashaj –Mekkah.
2. Penulis teori musik yang pertama di zaman Islam adalah Sulaiman (765) yang belakangan juga mempengaruhi pemusik Eropa.
3. Khalil bin Ahmad (wafat 791) orang pertama di zaman Islam yang memperkenalkan teori menuliskan irama musik dengan not balok.
4. Yahya bin Mansur Al-Mausuly, menulis teori musik, terutama not huruf dan teori dansa.

5. Ishak bin Ibrahim al Mausuly (wafat 850), berhasil memperbaiki musik Arab di zaman Jahiliah dengan sistem baru. Berkat kepiawaiannya, penulis kitab “Kitabul ilhan Ghanam” (Buku Not dan Irama) itu  kemudian mendapatkan julukan “Imamul Mughiyah”,”Raja Penyanyi”
6. Hunia bin Ishak (873), berhasil menyalin sejumalh teori musik karangan dua filsuf Yunani, Plato dan Aristoteles,”Problemata dan De Anima” . Ia juga menerjemahkan De Voce” karya Galen.

Penemu musik adalah orang Islam



Tangga nada yang kemudian menjadi dasar dari notasi musik ini ternyata ditemukan oleh para ilmuwan Muslim. Fakta penting ini diungkapkan pertama kali oleh Jean Benjamin de La Borde, seorang ilmuwan dan komponis Perancis, dalam bukunya Essai sur la Musique Ancienne et Moderne (1780). Dalam bukunya ini La Borde secara alfabet menyebut notasi musik yang diciptakan oleh sarjana Muslim. Notasi itu terdiri atas silabels (yang kita kenal sebagai solmisasi) dalam abjad Arab, yaitu Mi Fa Shad La Sin Dal Ra. Menurut La Borde, notasi abjad Arab ini kemudian ditransliterasikan oleh ilmuwan Eropa ke dalam bahasa Latin, yang entah bagaimana diklaim sebagai himne St. John.

Transliterasi ini digunakan pertama kali oleh pemusik Italia Guido Arezzo (995-1050) yang terkenal dengan teori Guido’s Hand-nya. Program British Channel 4 yang menayangkan acara sejarah musik mengatakan bahwa Guido-lah pencipta sistem solmisasi, tanpa sedikit pun mengungkapkan fakta temuan oleh ilmuwan Muslim. Namun, La Borde tidak sendirian. Komposer Eropa lain, Guillaume-AndrĂ© Villoteau (1759-1839), mengambil sikap seperti La Borde, yakni mengakui bahwa solmisasi adalah ciptaan orang-orang Islam.